Beranda | Artikel
Resep Bahagia Sejati: Ternyata Bahagia Itu Ada di Dekatmu – Syaikh Abdullah Al-Mayuf #NasehatUlama
16 jam lalu

Orang-orang mencari kebahagiaan dan kenikmatan ke segala arah. Namun mayoritas manusia, wahai saudara-saudara, keliru arah dan tidak mencarinya di tempat yang tepat.

Kebahagiaan sejati, wahai saudara-saudaraku, adalah kebahagiaan dan kenikmatan yang dirasakan oleh hati. Hal itu hanya bisa diraih dengan ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan dengan kenikmatan bermunajat kepada-Nya, serta dengan hal-hal yang sebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ketika Allah menyebutkan Al-Qur’an dalam firman-Nya: “Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu…” Allah berfirman pada ayat selanjutnya: “Katakanlah: ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya hendaklah dengan itu mereka bergembira.’” (QS. Yunus: 57–58). Dalam Kitab Allah (yaitu Al-Qur’an) terdapat kebahagiaan, wahai saudara-saudara!

Barang siapa mencintai Al-Qur’an dan hatinya tersentuh karena Al-Qur’an, niscaya ia akan merasakan kebahagiaan, kenikmatan, dan kelezatannya. Allah Ta’ala berfirman, “Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira atas wahyu yang diturunkan kepadamu (wahai Muhammad).” (QS. Ar-Ra’d: 36).

Inilah kebahagiaan yang terpuji dan sepatutnya dikejar oleh setiap insan. Adapun kebahagiaan karena kesenangan dan urusan duniawi, maka — na‘ūdzu billāh — bisa saja itu merupakan istidrāj (istidraj: jebakan kenikmatan sebelum azab).

Allah berfirman, “Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami bukakan semua pintu kesenangan hingga ketika mereka bergembira atas apa yang telah diberikan kepada mereka Kami siksa mereka secara tiba-tiba, lalu mereka pun terdiam dan putus asa.” (QS. Al-An’am: 44).

Kebahagiaan itu ada dua jenis:(1) Kebahagiaan yang menimbulkan keangkuhan, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tadi, dan (2) kebahagiaan yang terpuji seperti yang disebutkan pada ayat sebelumnya.

Suatu ketika, Umar radhiyallāhu ‘anhu keluar untuk menghitung unta zakat, bersama seorang pembantunya. Pembantunya terkejut (takjub) melihat banyaknya unta itu. Pembantu itu pun berkata, “Ini adalah karunia dan rahmat Allah!” Lalu apa tanggapan Umar? Umar berkata, “Kamu keliru! Karunia dan rahmat Allah adalah Al-Qur’an!” Lalu Umar membacakan ayat: “Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya…” (QS. Yunus: 58).

====

وَالنَّاسُ يَنْشُدُونَ الْفَرَحَ وَيَنْشُدُونَ اللَّذَّةَ فِي كُلِّ اتِّجَاهٍ وَأَكْثَرُ النَّاسِ يَا إِخْوَانُ يُخْطِئُونَهَا وَلَا يَبْحَثُونَ عَنْهَا فِي مَوَاطِنِهَا وَمَظَنِّهَا

وَالْفَرَحُ الْحَقِيقِيُّ يَا إِخْوَانِي هُوَ فَرَحُ الْقُلُوبِ وَلَذَّتُهَا وَهَذَا يَكُونُ بِطَاعَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَلَذَّةِ مُنَاجَاتِهِ وَبِهَذِهِ الْأُمُورِ الَّتِي ذَكَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

َوَلَمَّا ذَكَرَ اللَّهُ الْقُرْآنَ فِي قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ قَالَ فِي آخِرِ الآيَةِ قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا فِي كِتَابِ اللَّهِ فَرَحٌ يَا إِخْوَانُ

مَنْ أَحَبَّ الْقُرْآنَ وَتَحَرَّكَ قَلْبُهُ لِلْقُرْآنِ وَجَدَ فِيهِ الْفَرَحَ وَاللَّذَّةَ وَالْحَلَاوَةَ وَقَالَ تَعَالَى وَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَفْرَحُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ

هَذَا الْفَرَحُ الْمَحْمُودُ الَّذِي يَنْبَغِي أَنْ يَتَسَامَى إِلَيْهِ الْإِنْسَانُ أَمَّا الْفَرَحُ بِحُطَامِ الدُّنْيَا وَشُؤُوْنِهَا فَإِنَّهُ عِيَاذًا بِاللَّهِ قَدْ يَكُونُ اسْتِدْرَاجًا

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ

فَالْفَرَحُ فَرْحَانِ فَرَحُ بَطَرٍ كَالْمَذْكُوْرِ فِي هَذِهِ الْآيَةِ وَفَرَحٌ مَحْمُودٌ كَالْمَذْكُوْرِ فِي الْآيَةِ السَّابِقَةِ

وَلَمَّا خَرَجَ عُمَرُ يَحْسِبُ إِبِلَ الصَّدَقَةِ وَكَانَ مَعَهُ مَوْلًى لَهُ غُلَامٌ فَهَالَتْهُ لَمَّا رَآهَا فَقَالَ الْغُلَامُ هَذَا فَضْلُ اللَّهِ وَرَحْمَتُهُ مَاذَا قَالَ عُمَرُ؟ كَذَبْتَ فَضْلُ اللَّهِ وَرَحْمَتُهُ الْقُرْآنُ وَذَكَرَ الْآيَةَ قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ


Artikel asli: https://nasehat.net/resep-bahagia-sejati-ternyata-bahagia-itu-ada-di-dekatmu-syaikh-abdullah-al-mayuf-nasehatulama/